Februari 23, 2010

Ketika Paranoid Menyerang

Pernah membaca kisah nyatanya seorang Dave Pletzer tentang masa kecilnya yang kelam karena dibenci oleh ibu kandungnya sendiri. Bahkan saking bencinya kepada David (nama sebenarnya), ibunya tak pernah sekalipun memanggil namanya. Sebagai gantinya ia dipanggil dengan "it", sesuatu yang dipandang tidak berharga dan tidak layak untuk diberi nama layaknya manusia pada umumnya. Dalam karya best seller-nya yang berjudul "A Child is called it", Dave berhasil bercerita tentang perjuangannya mempertahankan hidup di bawah tekanan psikis dan siksaan fisik yang tidak layak diperlakukan kepada bocah di bawah umur.

Penderitaan yang sangat membekas tentunya menimbulkan ketakutan yang berbuntut paranoidme yang berkepanjangan pada diri Dave. Coba kita yang ada di negeri Indonesia tercinta ini, pernahkah membayangkan hal-hal mengerikan yang tidak seharusnya menjadi konsumsi mata, telinga, dan indra perasa kita. Jika dunia global sudah sangat meluas seperti sekarang ini, sepertinya besar kemungkinan bagi siapa untuk melihat yang seharusnya tidak dilihat. Mendengar yang seharusnya tidak untuk didengar, dan menikmati yang seharusnya tidak untuk dinikmati. Apalagi kalau bukan segala bentuk kekerasan.

Seiring dengan berkembangnya zaman, tindakan sekarang ini cenderung diperhalus. Bukan berupa fisik saja yang menjadi beban melainkan sudah psikis. Dalam lingkup keluarga, Kendati pun semua anggota keluarga terlihat sangat bijak. Namun terkadang timbul rasa tak nyaman. Sekecil apa pun tekanan yang dirasakan.

Tak perlu berpikir sejauh kisah Dave Pletzer yang terlalu menyanyat hati untuk bisa merasakan tingkat emosi yang meningkat. Tapi bisa dirasakan pada kepekaan masing-masing individu dalam menghadapi permasalahan yang menimpa.

Coba ulas kembali kenangan pahit yang sempat mengakar dalam memori kita beberapa waktu yang lalu. Apakah masih ada yang menimbulkan ketakutan tak mendasar. Jika ya, renungkan kembali apa yang bisa kita lakukan untuk menekannya. Setidaknya hal tersebut tidak menjadi bumerang yang malah memberikan kita kadar paranoid yang terlalu hiperbola. Sekali lagi semua kembali pada diri sendiri.

Mungkin beberapa tips berikut dapat memberikan sumbangsih pikiran :

1. Jangan terlalu larut pada masa lalu atau bayangan pahit yang menimbulkan kesedihan berlanjut. Cobalah melakukan hal sekarang dengan diawali dengan senyuman.

2. Cobalah berbaur dengan teman-teman. jangan menarik diri dari lingkungan terlalu lama. Karena bisa menimbulkan depresi yang bekepanjangan.

3. Selalu melatih diri berpikiran positif terhadap segala sesuatu hal. Hilangkan kebiasaan negative thingking. Karena sebenarnya tidak semua orang mengerti permasalahan kita.

4. Sapalah setiap orang yang kamu kenali jika bertemu di jalan. Ciptakan suasana menyenangkan dalam diri sendiri karena hal tersebut bagus untuk membangkitkan mood baik.

5. Lakukan hal - hal yang kamu senangi.

6. Lawan rasa takut pada diri sendiri. Kalau bisa katakan pada diri sendiri "aku bisa", atau "aku tak takut" berkali - kali sehingga semangat untuk menghilangkan paranoid akan muncul dengan sendirinya.

Memang semuanya itu membutuhkan proses yang tidak sebentar. Tetapi dengan terus melatih diri dengan melawan rasa takut pada diri sendiri akan membuat pikiran kita jauh lebih baik. Mungkin awalnya waktu akan terasa lama, tapi lama kelamaan nanti proses itu akan terasa sebentar bagi kita. Semuanya kembali pada diri kita sendiri.

0 komentar:

 
Narendra Site Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template